Cerita Bikin Sange |
Cerita Bikin Sange - Manda adalah seorang guru sejarah di smu. Umurnya 30 tahun, cerai tanpa anak. Kata orang dia mirip Demi Moore di film Striptease. Tinggi 170, 50 kg, dan 36B. Semua murid-muridnya, terutama yang laki-laki pengin banget melihat tubuh polosnya.
Suatu hari Manda terpaksa harus memanggil salah satu muridnya ke rumahnya, untuk ulangan susulan. Si Tora harus mengulang karena ia kedapatan menyontek di kelas. Tora juga terkenal karena kekekaran tubuhnya, maklum dia sudah sejak SD bergulat dengan olah raga beladiri, karenanya ia harus menjaga kebugaran tubuhnya.
Bagi Manda, kedatangan Tora ke rumahnya juga merupakan suatu kebetulan. Ia juga diam-diam naksir dengan anak itu. Karenanya ia bermaksud memberi anak itu ‘pelajaran’ tambahan di Minggu siang ini.”Sudah selesai Tora?”, Manda masuk kembali ke ruang tamu setelah meninggalkan Tora selama satu jam untuk mengerjakan soal-soal yang diberikannya.”Hampir bu””Kalau sudah nanti masuk ke ruang tengah ya saya tinggal ke belakang..””Iya..””Bu Manda, Saya sudah selesai”, Tora masuk ke ruang tengah sambil membawapekerjaannya.”Ibu dimana?””Ada di kamar.., Tora sebentar ya”, Manda berusaha membetulkan t-shirtnya. Ia sengaja mencopot BH-nya untuk merangsang muridnya itu. Di balik kaus longgarnya itu bentuk payudaranya terlihat jelas, terlebih lagi puting susunya yang menyembul.
Begitu ia keluar, mata Tora nyaris copot karena melotot, melihat tubuh gurunya. Manda membiarkan rambut panjangnya tergerai bebas, tidak seperti biasanya saat ia tampil di muka murid-muridnya.”Kenapa ayo duduk dulu, Ibu periksa..”Muka Tora merah karena malu, karena Manda tersenyum saat pandangannya terarah ke buah dadanya.”Bagus bagus…, Kamu bisa gitu kok pakai menyontek segala..?””Maaf Bu, hari itu saya lupa untuk belajar..””oo…, begitu to?””Tora kamu mau menolong saya?”, Manda merapatkan duduknya di karpet ke tubuh muridnya.”Apa Ibu?”, tubuh Tora bergetar ketika tangan gurunya itu merangkul dirinya, sementara tangan Manda yang satu mengusap-uasap daerah ‘vital’ nya.”Tolong Ibu ya…, dan janji jangan bocorkan pada siapa–siapa”.”Tapi tapi…, Saya”.”Kenapa?, oo…, kamu masih perawan ya?”.Muka Tora langsung saja merah mendengar perkataan Manda”Iya””Nggak apa-apa”, Ibu bimbing ya.
Manda kemudian duduk di pangkuan Tora. Bibir keduanya kemudian saling berpagutan, Manda yang agresif karena haus akan kehangatan dan Tora yang menurut saja ketika tubuh hangat gurunya menekan ke dadanya. Ia bisa merasakan puting susu Manda yang mengeras. Lidah Manda menjelajahi mulut Tora, mencari lidahnya untuk kemudian saling berpagutan bagai ular.
Baca Juga: Perkasanya Papa Tiriku
Setelah puas, Manda kemudian berdiri di depan muridnya yang masih melongo. Satu demi satu pakaiannya berjatuhan ke lantai. Tubuhnya yang polos seakan akan menantang untuk diberi kehangatan oleh perjaka yang juga muridnya ini.”Lepaskan pakaiannmu Tora”, Manda berkata sambil merebahkan dirinya di karpet. Rambut panjangnya tergerai bagai sutera ditindihi tubuhnya.”Ahh cepat Tora”, Manda mendesah tidak sabar.
Tora kemudian berlutut di samping gurunya. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Pengetahuannya tentang seks hanya di dapatnya dari buku dan video saja.”Tora…, letakkan tanganmu di dada Ibu”,Dengan gemetar Tora meletakkan tangannya di dada Manda yang turun naik. Tangannya kemudian dibimbing untuk meremas-remas payudara Manda yang moTork itu.”Oohh…, enakk…, begitu caranya…, remas pelan-pelan, rasakan putingnya menegang..” Dengan semangat Tora melakukan apa yang gurunya katakan.”Ibu…, Boleh saya hisap susu Ibu?”.Manda tersenyum mendengar pertanyaan muridnya, yang berkata sambil menunduk, “Boleh…, lakukan apa yang kamu suka”.
Tubuh Manda menegang ketika merasakan jilatan dan hisapan mulut pemuda itu di susunya. Perasaan yang ia pernah rasakan 3 tahun lalu saat ia masih bersama suaminya.”Oohh…, jilat terus sayang…, ohh”, Tangan Manda mendekap erat kepala Tora ke payudaranya.
Tora semakin buas menjilati puting susu gurunya tersebut, mulutnya tanpa ia sadari menimbulkan bunyi yang nyaring. Hisapan Tora makin keras, bahkan tanpa ia sadari ia gigit-gigit ringan puting gurunya tersebut.”mm…, nakal kamu”, Manda tersenyum merasakan tingkah muridnya itu.”Sekarang coba kamu lihat daerah bawah pusar Ibu”.Tora menurut saja. Duduk diantara kaki Manda yang membuka lebar. Manda kemudian menyandarkan punggungya pada dinding di belakangnya.”Coba kamu rasakan”, ia membimbing telunjuk Tora memasuki vaginanya.”Hangat Bu..”Bisa kamu rasakan ada semacam pentil…?””Iya..””Itu yang dinamakan kelentit, itu adalah titik peka cewek juga. Coba kamu gosok-gosok”Pelan-pelan jari Tora mengusap-usap clitoris yang mulai menyembul itu.”Terus…, oohh…, ya…, gosok…, gosok”, Manda mengerinjal-gerinjal keenakan ketika clitorisnya digosok-gosok oleh Tora.”Kalo diginiin nikmat ya Bu?”, Tora tersenyum sambil terus menggosok-gosok jarinya.”Oohh…, Torao…, mm”, tubuh Rini telah basah oleh peluh, pikirannya serasa di awang-awang, sementara bibirnya merintih-rintih keenakan.
Tangan Tora semakin berani mempermainkan clitoris gurunya yang makin bergelora dirangsang birahi. Nafasnya yang semakin memburu pertanda pertahanan gurunya akan segera jebol.”Ooaahh…, AMandaro”, Tangan Manda mencengkeram pundak muridnya, sementara tubuhnya menegang dan otot-otot kewanitaannya menegang. Matanya terpejam sesaat, menikmati kenikmatan yang telah lama tidak dirasakannya.”Hmm…, kamu lihai Tora…, Sekarang…, coba kamu berbaring”.Tora menurut saja. Penisnya segera menegang ketika merasakan tangan lembut gurunya.”Wah…, wahh.., besar sekali”, tangan Manda segera mengusap-usap penis yang telah mengeras tersebut.
Segera saja benda panjang dan berdenyut-denyut itu masuk ke mulut Manda. Ia segera menjilati penis muridnya itu dengan penuh semangat. Kepala penis muridnya itu dihisapnya keras-keras, sehingga Tora merintih keenakan.”Ahh…, enakk…,enakk”, Tora tanpa sadar menyodok-nyodokkan pinggulnya untuk semakin menekan penisnya makin ke dalam kuluman Manda. Gerakannya makin cepat seiring semakin kerasnya hisapan Manda.”oohh Ibu…, Ibbuu”Muncratlah cairan mani Tora di dalam mulut Manda, yang segera menjilati cairan itu hingga tuntas.”Hmm…, manis rasanya Tora”, Manda masih tetap menjilati penis muridnya yang masih tegak.”Sebentar ya aku mau minum dulu”.
Ketika Manda sedang membelakangi muridnya sambil menenggak es teh dari kulkas. Tiba-tiba ia merasakan seseorang mendekapnya dari belakang.”Tora…, biar Ibu minum dulu”.”Tidak…, nikmati saja ini”, Tora yang masih tegang berat mendorong Manda ke kulkas.Gelas yang dipegang Manda jatuh, untungnya tidak pecah. Tangan Manda kini menopang tubuhnya ke permukaan pintu kulkas.”Ibu…, sekarang!””Ahhkk”, Manda berteriak, saat Tora menyodokkan penisnya dengan keras ke liang vaginanya dari belakang. Dalam hatinya ia sangat menikmati hal ini, pemuda yang tadinya pasif berubah menjadi liar.”Torao…, enakk…, ohh…, ohh”. Tubuh Manda bagai tanpa tenaga menikmati kenikmatan yang tiada taranya. Tangan Tora satu menyangga tubuhnya, sementara yang lain meremas payudaranya. Dan penisnya yang keras melumat liang vaginanya.”Ibu menikmati ini khan”, bisik Tora di telinganya”Ahh…, hh”, Manda hanya merintih, setiap merasakan sodokan keras dari belakang.”Jawab…, Ibu”, dengan keras Tora mengulangi sodokannya.”Ahh…,iyaa””Tora…, Tora jangann…, di dal.. La” belum sempat ia meneruskan kalimatnya, Manda telah merasakan cairan hangat di liang vaginanya menyemprot keras. Kepalang basah ia kemudian menyodokkan keras pinggulnya.”Uuhgghh”, penis Tora yang berlepotan mani itupun amblas lagi ke dalam liang Manda.”Ahh”.
Kedua insan itupun tergolek lemas menikmati apa yang baru saja mereka rasakan.
Setelah kejadian dengan Tora, Manda masih sering bertemu dengannya guna mengulangi lagi perbuatan mereka. Namun yang mengganjal hati Manda adalah jika Tora kemudian membocorkan hal ini ke teman-temannya.
Ketika Manda berjalan menuju mobilnya seusai sekolah bubar, perhatiannya tertumbuk pada seorang muridnya yang duduk di sepeda motor di samping mobilnya, katakanlah dia Wandi. Ia berbeda dengan Tora, anaknya agak pembuat onar jika di kelas, kekar dan nakal. Hatinya agak tidak enak melihat situasi ini.”Bu Manda salam dari Tora”, Wandi melemparkan senyum sambil duduk di sepeda motornya.”Terima kasih, boleh saya masuk”, Ia harus berkata begitu karena sepeda motor Wandi menghalangi pintu mobilnya.”Boleh…, boleh Bu saya juga ingin pelajaran tambahan seperti Tora.”Langkah Manda terhenti seketika. Namun otaknya masih berfungsi normal, meskupun sempat kaget.”Kamu kan nilainya bagus, nggak ada masalah kan..”, sambil duduk di balik kemudi.”Ada sedikit sih kalau Ibu nggak bisa mungkin kepala guru bisa membantu saya, sekaligus melaporkan pelajaran Tora”, Wandi tersenyum penuh kemenangan.”Apa hubungannya?”, Keringat mulai menetes di dahi Manda.”Sudahlah kita sama-sama tahu Bu. Saya jamin pasti puas”.
Tanpa menghiraukan omongan muridnya, Manda langsung menjalankan mobilnya ke rumahnya. Namun ia sempat mengamati bahwa muridnya itu mengikutinya terus hingga ia menikung untuk masuk kompleks perumahan.Setelah mandi air hangat, ia bermaksud menoTorn TV di ruang tengah. Namun ketika ia hendak duduk pintu depan diketuk oleh seseorang. Manda segera menuju pintu itu, ia mengira Tora yang datang. Ternyata ketika dibuka”Wandi! Kenapa kamu ngikuutin saya!”, Manda agak jengkel dengan muridnya ini.”Boleh saya masuk?”.”Tidak!”.”Apa guru-guru perlu tahu rahasiamu?”.”!!”dengan geram ia mempersilakan Wandi masuk.”Enak ya rumahnya, Bu”, dengan santainya ia duduk di dekat TV. “Pantas aja Tora senang di sini”.”Apa hubunganmu dengan Tora?, Itu urusan kami berdua”, dengan ketus Manda bertanya.”Dia teman dekat saya. Tidak ada rahasia diantara kami berdua”.”Jadi artinya”, Kali ini Manda benar-benar kehabisan akal. Tidak tahu harus berbuat apa.”Bu, kalo saya mau melayani Ibu lebih baik dari Tora, mau?”, Wandi bangkit dari duduknya dan berdiri di depan Manda.Manda masih belum bisa menjawab pertanyaan muridnya itu. Tubuhnya panas dingin.
Belum sempat ia menjawab, Wandi telah membuka ritsluiting celananya. Dan setelah beberapa saat penisnya meyembul dan telah berada di hadapannya.”Bagaimana Bu, lebih besar dari Tora khan?”.Wandi ternyata lebih agresif dari Tora, dengan satu gerakan meraih kepala Manda dan memasukkan penisnya ke mulut Manda.”Mmpfpphh”.”Ahh yaa…, memang Ibu pandai dalam hal ini. Nikmati saja Bu…, nikmat kok”Rupanya nafsu menguasai diri Manda, menikmati penis yang besar di dalam mulutnya, ia segera mengulumnya bagai permen. Dijilatinya kepala penis pemuda itu dengan semangat. Kontan saja Wandi merintih keenakan.”Aduhh…, nikmat sekali Bu oohh”, Wandi menyodok-nyodokkan penisnya ke dalam mulut Manda, sementara tangannya meremas-remas rambut ibu gurunya itu. Manda merasakan penis yang diisapnya berdenyut-denyut. Rupanya Wandi sudah hendak keluar.”oohh…, Ibu enakk…, enakk…, aahh”.Cairan mani Wandi muncrat di mulut Manda, yang segera menelannya. Dijilatinya penis yang berlepotan itu hingga bersih. Kemudian ia berdiri.”Sudahh…, sudah selesai kamu bisa pulang”, Namun Manda tidak bisa memungkiri perasaannya. Ia menikmati mani Wandi yang manis itu serta membayangkan bagaimana rasanya jika penis yang besar itu masuk ke vaginanya.”Bu, ini belum selesai. Mari ke kamar, akan saya perlihatkan permainan yang sebenarnya.””Apa! beraninya kamu memerintah!”, Namun dalam hatinya ia mau. Karenanya tanpa berkata-kata ia berjalan ke kamarnya, Wandi mengikuti saja.
Setelah ia di dalam, Manda tetap berdiri membelakangi muridnya itu. Ia mendengar suara pakaian jatuh, dugaannya pasti Wandi sedang mencopoti pakaiannya. Ia pun segera mengikuti jejak Wandi. Namun ketika ia hendak melepaskan kancing dasternya.”Sini saya teruskan”, ia mendengar Wandi berbisik ke telinganya. Tangan Wandi segera membuka kancing dasternya yang terletak di bagian depan. Kemudian setelah dasternya jatuh ke lantai, tangan itupun meraba-raba payudaranya. Manda juga merasakan penis pemuda itu diantara belahan pantatnya.”Gilaa…, besar amat”, pikirnya. Tak lama kemudian iapun dalam keadaan polos. Penis Wandi digosok-gosokkan di antara pantatnya, sementara tangan pemuda itu meremasi payudaranya. Ketika jemari Wandi meremas puting susu Manda, erangan kenikmatan pun keluar.”mm oohh”.Wandi tetap melakukan aksi peremasan itu dengan satu tangan, sementara tangan satunya melakukan operasi ke vagina Manda.”Wandi…, aahh…, aahh”, Tubuh Manda menegang saat pentil clitorisnya ditekan-tekan oleh Wandi.”Enak Bu?”, Wandi kembali berbisik di telinga gurunya yang telah terbakar oleh api birahi itu.
Manda hanya bisa menngerang, mendesah, dan berteriak lirih. Saat usapan, remasan, dan pekerjaan tangan Wandi dikombinasi dengan gigitan ringan di lehernya. Tiba-tiba Wandi mendorong tubuh Manda agar membungkuk. Kakinya di lebarkan.”Kata Tora ini posisi yang disukai Ibu””Ahhkk…, hmm…, hmmpp”, Manda menjerit, saat Wandi dengan keras menghunjamkan penisnya ke liang vaginanya dari belakang.””Ugghh…, innii…, innii”, Wandi medengus penuh gairah dengan tiap hunjaman penisnya ke liang Manda. Mandapun berteriak-teriak kenikmatan, saat liang vaginanya yang sempit itu dilebarkan secara cepat.”Adduuhh…, teruss.., teruss Wandia…, oohh”, Kepala ibu guru itu berayun-ayun, terpengaruh oleh sodokan Wandi. Tangan Wandi mencengkeram pundak Manda, seolah-olah mengarahkan tubuh gurunya itu agar semakin cepat saja menelan penisnya.”Oohh Manda…, Rinnaa”.Manda segera merasakan cairan hangat menyemprot di dalam vaginanya dengan deras. Matanya terpejam menikmati perasaan yang tidak bisa ia bayangkan.
Manda masih tergolek kelelahan di tempat tidur. Rambutnya yang hitam panjang menutupi bantalnya, dadanya yang indah naik-turun mengikuti irama nafasnya. Sementara itu vaginanya sangat becek, berlepotan mani Wandi dan maninya sendiri. Wandi juga telajang bulat, ia duduk di tepi tempat tidur mengamati tubuh gurunya itu. Ia kemudian duduk mendekat, tangannya meraba-raba liang vagina Manda, kemudian dipermainkannya pentil kelentit gurunya itu.”mm capek…, mm”, bibir Manda mendesah saat pentilnya dipermainkan. Sebenarnya ia sangat lelah, tapi perasaan terangsang yang ada di dalam dirinya mulai muncul lagi. Dibukanya kakinya lebar-lebar sehingga memberikan kemudahan bagi Wandi untuk memainkan clitorisnya.”Wan aahh”, Tubuh Manda bergetar, menggelinjang-gelinjang saat Wandi mempercepat permainan tangannya.”Bu…, balik…, Wandi pengin nih””Nakal kamu ahh”, dengan tersenyum nakal, Manda bangkit dan menungging. Tangannya memegang kayu dipan tempat tidurnya. Matanya terpejam menanti sodokan penis Wandi. Wandi meraih payudara Manda dari belakang dan mencengkeramya dengan keras saat ia menyodokkan penisnya yang sudah tegang”Adduuhh…, owwmm”, Manda mengaduh kemudian menggigit bibirnya, saat lubang vaginannya yang telah licin melebar karena desakan penis Wandi.”Bu Manda nikmat lho vagina Ibu…, ketat”, Wandi memuji sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya.”mm…, aahh…, ahh…, ahhkk”, Manda tidak bisa bertahan untuk hanya mendesah. Ia berteriak lirih seiring gerakan Wandi. Badannya digerakkannya untuk mengimbangi serangan Wandi. Kenikmatan ia peroleh juga dari remasan muridnya itu.”Ayoo…, aahh.., ahh… Mm.., buat Ibu keluuaa.. Rr lagi…”. Gerakan Manda makin cepat menerima sodokan Wandi.
Tangan Wandi beralih memegangi tubuh Manda, diangkatnya gurunya itu sehingga posisinya tidak lagi “doggy style”, melainkan kini Manda menduduki penisnya dengan membelakangi dirinya. Wandi kini telentang di tempat tidur yang acak-acakan dan penuh oleh mani yang mengering.”Ooww..”, Teriakan Manda terdengar keras saat ia tidak bisa lagi menahan orgasmenya. Tangannya mencengkeram tangan Wandi, kepalanya mendongak menikmati kenikmatan yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Sementara Wandi sendiri tetap menusuk-nusukkan penisnya ke vagina Manda yang makin becek.”Ayoo…, makin dalam dalamm”.”Ahh.., aahh…, aahh..”, Wandipun mulai berteriak-teriak.”Mau kelluuaarr”Manda sekali lagi memejamkan matanya, saat mani Wandi menyemprot dalam liang vaginanya. Manda kemudian ambruk menindih tubuh Wandi yang basah oleh keringat. Sementara diantara kaki-kaki mereka mengalir cairan hangat hasil kenikmatan mereka.”Bu Manda…, sungguh luar biasa, Coba kalau Tora ada disini sekarang”.”mm memangnya kamu mau apa”, Manda kemudian merebahkan dirinya di samping Wandi. Tangannya mengusap-usap puting Wandi.”Kita bisa main bertiga, pasti lebih nikmat..”Manda tidak bisa menjawab komentar Wandi, sementara perasaannya dipenuhi kebingungan.
Akhirnya hari kelulusan murid klas 3 sampai juga. Dengan demikian Manda harus berpisah dengan kedua murid yang disayanginya, terlebih lagi ketika ia harus pindah ke kota lain untuk menempati pos baru di Kanwil. Karenanya ia memanggil Tora untuk datang ke rumahnya untuk memberitahukan perihal kepindahannya.Ketika seputar Indonesia mulai ditayangkan, Tora muncul. Ia langsung dipersilakan duduk.”Bu, Tora kangen lho”.”Iya deh…, nanti. Gini, Ibu bulan depan pindah ke kota B, soalnya akan dinaikkan pangkatnya. Jadi…, jadi…, Ibu ingin malam ini malam terakhir kita”, mata Manda berkaca-kaca ketika mengucapkan itu.”…………..”, Tora tidak bisa menjawab. Ia kaget mendengar berita itu. Baginya Manda merupakan segalanya, terlebih lagi ia telah mendapatkan pelajaran berharga dari gurunya itu.”Tapi Tora masih boleh berkirim surat kan?”.Manda bisa sedikit tersenyum melihat muridnya tabah, “Iya…, boleh…, boleh”.”Minum dulu Tor, ada es teh di meja makan. Kalau sudah noTorn VCD di kamar yaa”, Manda mengerling nakal ke muridnya sambil beranjak ke kamar. Di kamar ia mengganti pakaiannya dengan kimono kegemarannya, melepas BH, menghidupkan AC dan tentu saja menyetel VCD ‘Kamasutra-nya Penthouse”. Lalu ia tengkurap di tempat tidur sambil menoTorn TV.
Diluar Tora meminum es teh yang disediakan Manda dan membiarkan pintu depan tidak terkunci. Ia mempunyai rencana yang telah disusun rapi.Lalu Tora menyusul Manda ke kamar tidur. Begitu pintu dibuka ia melihat gurunya tengkurap menoTorn VCD dengan dibalut kimono merah tipis, lekuk tubuhnya jelas terlihat. Rambutnya yang panjang tergerai di punggungnya bagai gadis iklan shampo Pantene.”Ganti pakaian itu Tor..”, Manda menunjuk celana pendek dan kaos tipis yang terlipat rapi di meja riasnya.
Ketika Tora sedang mencopot celananya Manda sempat melihat penis pemuda itu menyembul di balik CD GT Man-nya. Setelah selesai Tora juga tengkurap di samping Manda.”Sudah liat film ini belum? Bagus lho untuk info posisi-posisi ngesex”.”Belum tuh…”, Mata Tora tertuju pada posisi dimana si wanita berdiri memegang pohon sementara si pria memasukkan penisnya dari belakang, sambil meremas-remas payudara partnernya.”mm…, itu posisi fave saya. Kalau kamu suka nanti CD itu bisa kamu ambil”.”Thanx..”, Tora kemudian mengecup pipi gurunya.
Adegan demi adegan terus bergulir, suasana pun menjadi semakin panas. Manda kini tengkurap dengan tidak lagi mengenakan selembar benangpun. Demikian pula Tora. Tora kemudian duduk di sebelah gurunya itu, dibelainya rambut Manda dengan lembut, kemudian disibakkannya ke sebelah kiri. Bibir Tora kemudian menciumi tengkuk Manda, dijilatinya rambut-rambut halus yang tumbuh lebat.”aahh…”Setelah puas, Tora kemudian memberi isyarat pada Manda agar duduk di pangkuannya.”Bu, biar Tora yang puasin ibu malam ini…”, Bisik Tora di telinga Manda. Manda yang telah duduk di pangkuan Tora pasrah saja saat kedua tangan muridnya meremas-remas payudaranya yang liat. Kemudian ia menjerit lirih saat puting susunya mendapat remasan.”Akhh…”, Manda memejamkan matanya.”Tora…, jilatin vagina ibu…”
Tora kemudian merebahkan Manda, dibukanya kaki gurunya itu lebar-lebar, kemudian dengan perlahan ia mulai menjilati vagina gurunya. Bau khas dari vagina yang telah basah oleh gairah itu membuat Tora kian bernafsu.”oohh…, teruss…, teruuss…”, Manda bergetar merasakan kenikmatan itu. Tangannya membimbing tangan Tora dalam meremasi susunya. Memberikan kenikmatan ganda.”Jilatin…, pentil itu…, oohohh”, Bagai dikomando Tora menjilati pentil clitoris Manda, dengan penuh semangat.”Aduuhh….. Oohh…oohh…hh.. Hh…..””Tora…, massuukk”.
Kaki Manda kemudian disampirkannya ke pundak, dan dengan cepat disodokkannya penisnya ke vagina Manda yang becek.”mm…”, Manda menggigit bibirnya. Meskipun lubang vaginanya telah licin, namun penis yang besar itu tetap saja agak kesulitan menerobos masuk.”Uuhh…, masih susah juga ya Bu…”, Tora sambil meringis memaju mundurkan penisnya. Ia merasakan penisnya bagai diremas-remas oleh tangan yang sangat halus saat di dalam. Tangan Manda mempermainkan puting Tora. Dengan gemas dicubitnya hingga Tora berteriak.”Uhh…, nakal, Ini balasannya!”, sodokan Tora makin keras, lebih keras dari saat ia memasukkan penisnya.”aa…”.
Tiba-tiba pintu kamar tebuka! Spontan Manda terkejut, tapi tidak bagi Tora. Wandi sudah berdiri di muka pintu, senjatanya telah tegak berdiri.”mm…, hot juga permainan Ibu dengan Dia, boleh saya bergabung?”, Wandi kemudian berjalan mendekati mereka. Manda yang hendak berdiri ditahan oleh Tora, yang tetap menjaga penisnya di dalam vagina Manda.”Nikmati saja…”Wandi kemudian mengangkangi Manda, penisnya berada tepat di mukanya.”Isap… Ayoo”, sambil memasukkan penisnya. Saat itu pula Tora menghentakkan gerakannya. Saat Manda berteriak, saat itu pula penis Wandi masuk.”Ahh…, nikmat..”, Manda merem-melek menghisap-hisap penis muridnya, sementara Tora dengan puas menggarap vaginanya.”uufff…, jilatin…, jilatt”, tangan Wandi memegangi kepala Manda, agar semakin dalam saja mengisap penisnya.
Posisi itu tetap bertahan hingga akhirnya Tora keluar duluan. Maninya menyemprot dengan leluasa di lubang vagina gurunya yang cantik. Sementara Wandi tetap mengerang-erang sambil medorong-dorong kepala Manda.Setelah Tora mengeluarkan penisnya dari vagina Manda, “Berdiri menghadap tembok Bu!”Manda masih kelelahan. Ia telah orgasme pula saat Tora keluar, namun ia tidak bisa teriak karena ada penis di mulutnya. Saat ia berdiri dengan tangan di tembok menahan tubuhnya, mani Tora menetes ke lantai.”mm…, Tor…, liat tuh punya kamu..”, seru Wandi sambil tertawa. Ia kemudian menempelkan tubuhnya ke Manda. Penisnya tepat berada di antara kedua pantat Manda.”Nih Bu rasakan punya Wandi juga ya”.
Tora dengan santai menyaksikan temannya menggarap gurunya dari belakang. Tangan Wandi memegangi pinggang Manda saat ia menyodok-nyodokkan penisnya keluar masuk dengan cepat. Saat Manda merintih-rintih menikmati permainan mereka, Tora merasakan penisnya tegang lagi. Ia tidak tahan melihat pemandangan yang sangat erotik sekali.Kedua insan itu saling mengaduh, mendesah, dan berteriak lirih seiring kenikmatan yang mereka berikan dan rasakan.”ooww…”, Tubuh Manda yang disangga Wandi menegang, kemudian lemas. Tora menduga mereka berdua telah sampai di puncak kenikmatan. Timbul isengnya, ia kemudian mendekati mereka dan menyusup diantara Manda dan tembok. Dipindahkannya tangan Manda ke pundaknya, dan penisnya menggantikan posisi milik Wandi.”Tora…”, Lagi-lagi Manda mendesah saat penis Tora masuk dan pinggulnya didorong oleh Wandi dari belakang.”Ahh.. Ahh…. Dorongg…dorongg………….””aa.. Aa… Aa”.”oohhkk…, kk…, kk..”, Manda berteriak keras sekali, saat dorongan Wandi sangat keras menekan pinggulnya. penis Tora amblas hingga mencapai pangkalnya masuk ke vagina Manda. Saat itu pula ia merasakan penis yang berdenyut-denyut itu melepaskan muatannya untuk kedua kali.
0 komentar:
Posting Komentar